data masking
data masking

Pernah dengar istilah data masking? Kalau kamu berkecimpung di dunia IT, keamanan siber, atau bahkan sekadar penasaran soal privasi digital, istilah ini pasti terdengar familiar. Di era serba digital ini, data pribadi dan sensitif jadi incaran utama para peretas. Nah, di sinilah data masking muncul sebagai penyelamat. Konsepnya sederhana tapi krusial, yaitu menyamarkan data asli supaya tidak mudah dibaca atau dicuri oleh pihak yang tidak berhak.

Bayangkan data sensitif seperti nomor kartu kredit atau catatan kesehatan. Kalau data itu jatuh ke tangan yang salah, bisa gawat. Dengan teknik data masking, informasi penting bisa tetap dipakai untuk pengujian sistem atau analisis tanpa membocorkan identitas asli pemilik data.

Apa Itu Data Masking?

Sebelum melangkah lebih jauh, kita bahas dulu pengertian dasarnya. Data masking adalah teknik untuk mengubah tampilan data sensitif menjadi bentuk lain yang tidak bisa dikenali, tapi tetap bisa digunakan untuk tujuan tertentu. Dalam bahasa simpel, ini seperti memberikan “topeng” pada data agar identitas aslinya tersembunyi.

Misalnya, nomor KTP asli “3201456789100001” bisa diubah menjadi “32XXXXXX89100001”. Bagi yang tidak punya izin, data ini tidak berguna, tapi sistem tetap bisa menjalankan uji coba atau analisis tanpa risiko kebocoran informasi asli.

Dalam praktiknya, data masking sering digunakan oleh perusahaan besar, terutama di sektor perbankan, asuransi, rumah sakit, dan e-commerce. Semua industri yang mengelola informasi sensitif pasti menjadikan teknik ini sebagai salah satu benteng keamanan.

Baca Juga: Anya Geraldine: Karier, Usia & Kisah Cintanya Saat Ini

Kenapa Data Masking Itu Penting?

Di dunia digital, data ibarat emas. Perusahaan mengumpulkan informasi pelanggan untuk berbagai tujuan seperti analisis pasar, peningkatan layanan, dan pengembangan produk. Tapi, ketika data asli digunakan tanpa pengamanan, risiko kebocoran sangat tinggi.

Dengan data masking, perusahaan bisa:

  • Melindungi data sensitif dari penyalahgunaan.

  • Memastikan kepatuhan terhadap regulasi privasi data seperti GDPR atau HIPAA.

  • Meminimalkan risiko reputasi buruk akibat kebocoran data.

Coba bayangkan kalau ada data nasabah bank bocor ke publik. Tidak hanya rugi materi, kepercayaan pelanggan juga bisa hilang. Teknik data masking menjadi kunci untuk menghindari skenario seperti ini.

Baca Juga: Profil dan Biodata Lengkap Anya Geraldine 2025

Jenis-Jenis Data Masking

Ternyata, data masking tidak cuma satu jenis saja. Ada beberapa metode yang bisa dipilih sesuai kebutuhan perusahaan. Yuk kita kenali beberapa teknik yang sering dipakai.

Static Data Masking

Metode ini dilakukan dengan cara membuat salinan data lalu menyamarkannya sebelum digunakan. Static data masking cocok untuk keperluan pengujian atau pengembangan, karena data asli tidak akan pernah digunakan langsung di lingkungan tersebut. Contohnya, perusahaan e-commerce bisa membuat database dummy yang sudah disamarkan untuk pengujian aplikasi baru.

Dynamic Data Masking

Berbeda dengan yang statis, dynamic data masking dilakukan secara real-time. Artinya, ketika ada yang mengakses database, sistem akan otomatis menampilkan data yang sudah disamarkan. Metode ini berguna jika kamu ingin menjaga keamanan data saat banyak pihak mengakses sistem produksi tanpa harus menggandakan database.

On-the-Fly Data Masking

Jenis ini dilakukan ketika data berpindah dari satu lingkungan ke lingkungan lain. Misalnya, saat proses migrasi database ke server baru. Data masking model ini memastikan data tidak pernah tampil dalam bentuk asli di perjalanan.

Deterministic dan Random Masking

Kalau deterministic masking, data yang sama akan selalu dimask dengan pola yang sama, sehingga mudah diurutkan atau dianalisis tanpa kehilangan struktur. Sedangkan random masking benar-benar mengacak data, membuatnya lebih sulit dikenali tapi mungkin kurang praktis untuk analisis tertentu.

Baca Juga: Anya Geraldine: Tinggi Badan, Usia & Kehidupan Pribadi

Cara Kerja Data Masking

Proses data masking sebenarnya tidak serumit yang dibayangkan. Ada beberapa langkah yang biasanya dilakukan oleh tim IT atau keamanan data.

Pertama, perusahaan harus menentukan data mana yang termasuk sensitif. Ini bisa berupa informasi pribadi pelanggan, data finansial, catatan kesehatan, atau bahkan rahasia perusahaan. Setelah itu, tim akan memilih metode masking yang tepat, apakah ingin menggunakan simbol, pengacakan, atau penggantian karakter sebagian.

Begitu metode dipilih, sistem akan melakukan transformasi data. Data asli tetap disimpan dengan aman, tapi yang ditampilkan ke publik atau lingkungan pengujian adalah versi yang sudah disamarkan.

Contoh paling sederhana adalah menyembunyikan nomor kartu kredit dengan format seperti “**** **** **** 1234”. Ini membuat data tetap bisa digunakan untuk validasi atau testing tanpa membahayakan informasi lengkap.

Baca Juga: Siapa Pasangan Anya Geraldine Sekarang? Ini Jawabannya!

Manfaat Data Masking untuk Perusahaan

Selain soal keamanan, data masking juga membawa banyak manfaat praktis untuk perusahaan. Pertama, perusahaan bisa melakukan pengembangan aplikasi atau pengujian tanpa takut melanggar aturan privasi. Developer tetap bisa bekerja dengan data realistis, tapi tidak akan pernah menyentuh data asli.

Kedua, teknik ini membantu menjaga kepatuhan hukum. Banyak negara kini menerapkan regulasi ketat soal privasi, seperti GDPR di Eropa atau UU PDP di Indonesia. Perusahaan yang tidak hati-hati bisa kena denda besar kalau terjadi kebocoran data. Data masking menjadi salah satu solusi untuk meminimalisir risiko ini.

Ketiga, efisiensi operasional meningkat. Daripada membuat dataset tiruan dari nol, perusahaan bisa memanfaatkan data asli yang sudah diubah tampilannya. Ini tentu menghemat waktu dan biaya.

Tantangan dalam Penerapan Data Masking

Meski terlihat sederhana, penerapan data masking punya tantangan tersendiri. Salah satunya adalah memastikan data yang dimask tetap berguna. Jika proses masking terlalu agresif, data bisa kehilangan nilai analitisnya. Misalnya, tanggal lahir diubah total menjadi acak, padahal data umur dibutuhkan untuk analisis.

Tantangan lain adalah integrasi dengan sistem yang sudah ada. Beberapa perusahaan menggunakan banyak aplikasi dan database berbeda. Data masking harus diimplementasikan dengan konsisten agar tidak menimbulkan konflik antar sistem.

Selain itu, diperlukan pemahaman yang matang soal mana saja data yang harus dimask. Tidak semua data perlu disamarkan. Jika tim salah menentukan prioritas, bisa saja data sensitif terlewat dan tetap berisiko bocor.

Tips Memilih Solusi Data Masking

Buat perusahaan yang baru ingin menerapkan data masking, ada beberapa tips penting yang bisa diikuti. Pertama, pilih solusi yang sesuai dengan skala dan kompleksitas data. Jangan sampai memilih sistem masking sederhana untuk database raksasa yang terhubung ke banyak aplikasi.

Kedua, pastikan solusi tersebut mendukung berbagai metode masking seperti penggantian karakter, pengacakan, atau enkripsi ringan. Fleksibilitas ini membantu menyesuaikan kebutuhan di berbagai divisi.

Ketiga, pertimbangkan faktor performa. Data masking yang terlalu berat bisa memperlambat akses database, terutama untuk metode dynamic masking yang berjalan real-time.

Keempat, lakukan uji coba sebelum implementasi penuh. Dengan begitu, perusahaan bisa memastikan data tetap bisa digunakan untuk analisis tanpa membocorkan informasi sensitif.

Contoh Penggunaan Data Masking di Kehidupan Nyata

Kalau kamu pernah belanja online lalu menerima struk pembayaran yang menampilkan kartu kredit dengan format “**** **** **** 6789”, itu adalah contoh data masking paling sederhana. Informasi penting disembunyikan, tapi kamu tetap bisa mengenali kartu yang digunakan.

Di dunia perbankan, data masking digunakan untuk melindungi informasi nasabah saat aplikasi mobile diakses oleh pihak ketiga untuk pengujian. Sementara di sektor kesehatan, rekam medis pasien bisa dibagikan untuk penelitian tanpa menampilkan identitas asli.

Bahkan di industri hiburan sekalipun, data masking bisa berguna. Misalnya, saat perusahaan streaming ingin menganalisis kebiasaan menonton pengguna tanpa mengekspos identitas pribadi mereka

By pbnpro

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *